Rabu, 27 Maret 2019

Video Bokep : Cewek Sange Crot Sampek Puas

Sebuah Video Bokep yang di sediakan untuk anda penikmat Video Bokep. Kategori yang di Angkat adalah Video Bokep Asia dan Video Bokep Barat. Website ini akan update setiap hari, buat kalian yang suka dengan Website ini kalian bisa bookmark untuk disimpan.
Untuk Video Lebih Lengkap Silahkan Kunjungi Website Kami : Kumpulan Video Bokep Terbaru.

Video Bokep : Cewek Sange Crot Sampek Puas

Streaming Bokep Online Terbaru Bokep Asia. Bokep Barat.Bokep Jepang. Bokep Korea.
Tonton dan download gratis.

Video Bokep Ketahuan, Bokep Remaja, BokepTerbaru. FreePorn, Video Bf Terbaru, Video Bokep Terupdate. Video Bokep Terlengkap,Video Seks. Gangbang, Bokep Threesome, Film Seks Dewasa, Bf Masturbasi.

Bokep Streaming. Bokep Durasi Panjang. Bokep Online Terbaru. Film Dewasa, Bokep Terupdate. Sek Toys, Bokep Online, Streaming Video Bokep, Video Mesum. Sekstoys, JavHD, Asian Seks Diary, Seks Mesum, Bokep 2019.

Untuk PC. Jika begitu anda akan play video dan muncul tab baru, Close lah tab tersebut karena itu hanya iklan.

Untuk Handpone. Jika begitu anda akan play video keluar tab baru. Maka back kembali di menu handpone anda.
Sukai, Dwonload dan Tonton anda bisa menikmati tanapa bosan “Ingat 18+”.

Share:

Senin, 25 Maret 2019

Video Bokep : Memang Sangat Luar Biasa 3 Wanita Lawan 1 Pria

Sebuah Video Bokep yang di sediakan untuk anda penikmat Video Bokep. Kategori yang di Angkat adalah Video Bokep Asia dan Video Bokep Barat. Website ini akan update setiap hari, buat kalian yang suka dengan Website ini kalian bisa bookmark untuk disimpan.
Untuk Video Lebih Lengkap Silahkan Kunjungi Website Kami : Kumpulan Video Bokep Terbaru.

Video Bokep : Memang Sangat Luar Biasa 3 Wanita Lawan 1 Pria

Streaming Bokep Online Terbaru Bokep Asia. Bokep Barat.Bokep Jepang. Bokep Korea.
Tonton dan download gratis.

Video Bokep Ketahuan, Bokep Remaja, BokepTerbaru. FreePorn, Video Bf Terbaru, Video Bokep Terupdate. Video Bokep Terlengkap,Video Seks. Gangbang, Bokep Threesome, Film Seks Dewasa, Bf Masturbasi.

Bokep Streaming. Bokep Durasi Panjang. Bokep Online Terbaru. Film Dewasa, Bokep Terupdate. Sek Toys, Bokep Online, Streaming Video Bokep, Video Mesum. Sekstoys, JavHD, Asian Seks Diary, Seks Mesum, Bokep 2019.

Untuk PC. Jika begitu anda akan play video dan muncul tab baru, Close lah tab tersebut karena itu hanya iklan.

Untuk Handpone. Jika begitu anda akan play video keluar tab baru. Maka back kembali di menu handpone anda.
Sukai, Dwonload dan Tonton anda bisa menikmati tanapa bosan “Ingat 18+”.

Share:

Video Bokep : Ini Adalah Pameran Mijit Terbaik Seasia

Sebuah Video Bokep yang di sediakan untuk anda penikmat Video Bokep. Kategori yang di Angkat adalah Video Bokep Asia dan Video Bokep Barat. Website ini akan update setiap hari, buat kalian yang suka dengan Website ini kalian bisa bookmark untuk disimpan.
Untuk Video Lebih Lengkap Silahkan Kunjungi Website Kami : Kumpulan Video Bokep Terbaru.

Video Bokep : Ini Adalah Pameran Mijit Terbaik Seasia

Streaming Bokep Online Terbaru Bokep Asia. Bokep Barat.Bokep Jepang. Bokep Korea.
Tonton dan download gratis.

Video Bokep Ketahuan, Bokep Remaja, BokepTerbaru. FreePorn, Video Bf Terbaru, Video Bokep Terupdate. Video Bokep Terlengkap,Video Seks. Gangbang, Bokep Threesome, Film Seks Dewasa, Bf Masturbasi.

Bokep Streaming. Bokep Durasi Panjang. Bokep Online Terbaru. Film Dewasa, Bokep Terupdate. Sek Toys, Bokep Online, Streaming Video Bokep, Video Mesum. Sekstoys, JavHD, Asian Seks Diary, Seks Mesum, Bokep 2019.

Untuk PC. Jika begitu anda akan play video dan muncul tab baru, Close lah tab tersebut karena itu hanya iklan.

Untuk Handpone. Jika begitu anda akan play video keluar tab baru. Maka back kembali di menu handpone anda.
Sukai, Dwonload dan Tonton anda bisa menikmati tanapa bosan “Ingat 18+”.

Share:

Minggu, 24 Maret 2019

Video Bokep : Di Sini Kenikmatan Yang Paling Enak Jika di Pijit

Sebuah Video Bokep yang di sediakan untuk anda penikmat Video Bokep. Kategori yang di Angkat adalah Video Bokep Asia dan Video Bokep Barat. Website ini akan update setiap hari, buat kalian yang suka dengan Website ini kalian bisa bookmark untuk disimpan.
Untuk Video Lebih Lengkap Silahkan Kunjungi Website Kami : Kumpulan Video Bokep Terbaru.

Video Bokep : Di Sini Kenikmatan Yang Paling Enak Jika di Pijit

Streaming Bokep Online Terbaru Bokep Asia. Bokep Barat.Bokep Jepang. Bokep Korea.
Tonton dan download gratis.

Video Bokep Ketahuan, Bokep Remaja, BokepTerbaru. FreePorn, Video Bf Terbaru, Video Bokep Terupdate. Video Bokep Terlengkap,Video Seks. Gangbang, Bokep Threesome, Film Seks Dewasa, Bf Masturbasi.

Bokep Streaming. Bokep Durasi Panjang. Bokep Online Terbaru. Film Dewasa, Bokep Terupdate. Sek Toys, Bokep Online, Streaming Video Bokep, Video Mesum. Sekstoys, JavHD, Asian Seks Diary, Seks Mesum, Bokep 2019.

Untuk PC. Jika begitu anda akan play video dan muncul tab baru, Close lah tab tersebut karena itu hanya iklan.

Untuk Handpone. Jika begitu anda akan play video keluar tab baru. Maka back kembali di menu handpone anda.
Sukai, Dwonload dan Tonton anda bisa menikmati tanapa bosan “Ingat 18+”.

Share:

Video Bokep : Orang Tua Yang Bejat Memperkosa Anak Kandungnya Sendiri

Sebuah Video Bokep yang di sediakan untuk anda penikmat Video Bokep. Kategori yang di Angkat adalah Video Bokep Asia dan Video Bokep Barat. Website ini akan update setiap hari, buat kalian yang suka dengan Website ini kalian bisa bookmark untuk disimpan.
Untuk Video Lebih Lengkap Silahkan Kunjungi Website Kami : Kumpulan Video Bokep Terbaru.

Video Bokep : Orang Tua Yang Bejat Memperkosa Anak Kandungnya Sendiri

Streaming Bokep Online Terbaru Bokep Asia. Bokep Barat.Bokep Jepang. Bokep Korea.
Tonton dan download gratis.

Video Bokep Ketahuan, Bokep Remaja, BokepTerbaru. FreePorn, Video Bf Terbaru, Video Bokep Terupdate. Video Bokep Terlengkap,Video Seks. Gangbang, Bokep Threesome, Film Seks Dewasa, Bf Masturbasi.

Bokep Streaming. Bokep Durasi Panjang. Bokep Online Terbaru. Film Dewasa, Bokep Terupdate. Sek Toys, Bokep Online, Streaming Video Bokep, Video Mesum. Sekstoys, JavHD, Asian Seks Diary, Seks Mesum, Bokep 2019.

Untuk PC. Jika begitu anda akan play video dan muncul tab baru, Close lah tab tersebut karena itu hanya iklan.

Untuk Handpone. Jika begitu anda akan play video keluar tab baru. Maka back kembali di menu handpone anda.
Sukai, Dwonload dan Tonton anda bisa menikmati tanapa bosan “Ingat 18+”.

Share:

Senin, 18 Maret 2019

Cerita Mesum : Mbak Arie Sepupu Istriku Yang Maniak Seks

ini bermula setahun yang lalu, dimana aku harus jaga rumah, karena
anak dan istriku sedang berkunjung ke saudaranya selama lebih dari
seminggu.

Mbak Arie Sepupu Istriku Yang Maniak Seks

Sore itu sekitar jam lima sore, teleponku berdering, aku angkat . . .
terdengar suara lembut seorang wanita namun dengan background yang
lumayan ramai. “Halo . . . , dik Yanti ada”, suara yang sepertinya aku
kenal, namun sungguh aku lupa siapa dia, yang lebih membuat aku
bertanya-tanya, dia mencari istriku (Yanti).
Aku pun menjawab apa adanya “Yanti sedang ke Solo, ada yang bisa saya
bantu ?”.
“Lho, ini dik Bandi ya . . . aku Arie, dik, aku sedang di terminal Bis ,
boleh aku mampir ke rumah sebentar?”.

Belum sempat aku menjawab
permintaannya, telepon sudah ditutup, dan aku sendiri masih
bertanya-tanya, siapa Arie itu?.

Selang satu jam kemudian, ada sebuah taxi yang berhenti didepan rumah,
aku melihat dari arah dalam jendela rumah, seorang wanita muda keluar
serta menenteng sebuah tas traveler yang lumayan besar.

Dibawah
keremangan sinar lampu jalan, aku mulai bisa melihat wajahnya. Ya ampun
. . . ternyata dia adalah mbak Arie, kakak sepupuku. Meskipun dia
kupanggil “kakak” tapi dia sepuluh tahun muda dari aku, dia anak budeku,
kakak dari ibuku. Tersentak aku dari kekagetanku, manakala dia berusaha
membuka pintu pagar, akupun berlari menyambutnya, menenteng tasnya yang
. . . upss ternyata lumayan berat. Kupersilahkan dia untuk istirahat
sebentar di ruang tamu, dan kuletakkan traveler bag-nya di kamar depan,
yang memang biasanya selalu kosong itu.

Aku bergegas menemui mbak Arie dan mengajaknya ngobrol sebentar.
“Mbak Arie mau kemana?”
“Aku mau ke Bali dik, tempat kerjaku pindah kesana”
Kenanganpun muncul, tatkala aku menatap wajahnya lekat-lekat. Sungguh
ia belum berbeda ketika aku ketemu dia sembilan tahun yang lalu, ketika
ia masih kelas tiga SMP!.
Arie adalah gadis yang manis, sekilas ia seperti artis Maudy Koesnaedy.
Tubuhnya yang putih bersih dengan tinggi sedang dibalut T-shirt MCM
putih dan celana jeans strecth yang membungkus pinggul dan kakinya yang
indah (paling tidak menurutku).

Payudaranya sedang besarnya, padahal
dulu lumayan kecil kalau tidak bisa dibilang rata. Aku bisa mengatakan
demikian, karena dulu . . . sungguh kenangan ini seperti barusan kemarin
terjadi.

Waktu itu (sembilan tahun yang lalu dan masih bujangan) , aku berkunjung
kerumahnya (di sebuah kota besar di Jawa Tengah), selama seminggu aku
tinggal dirumahnya yang besar, yang dihuni Bude, mas Bayu (sulung) dan
mbak Arie (ragil). Aku sendiri seperti menaruh perhatuan khusus
kepadanya. Aku tidak tahu ini perasaan sayang atau hanya sekedar suka
saja.

Ia kelihatan bongsor untuk anak seusianya 14 tahun, namun sungguh,
ia seperti kekanak-kanakan. Sering disaat aku membantunya dalam belajar
bahasa inggris, kucium keningnya disaat ia mulai suntuk, untuk memberi
semangat supaya giat belajar kembali, namun lama-lama perasaan yang
sekedar memberi semangat itupun berubah, aku sering juga mencium kelopak
matanya, pipinya dan akhirnya kucium bibirnya disaat ia benar-benar
ketiduran di atas meja belajarnya, karena kupaksa untuk menyelesaikan
latihan ulangannya.

Kugendong tubuhnya untuk, kupindah ke tempat
tidurnya. Mbak Arie tak bergerak sedikitpun, saat kubaringkan di
ranjangnya, terlalu capek rupanya. Terkesiap sejenak aku dibuatnya,
jantungku mulai berdegup kencang, saat kulihat rok mininya tersingkap
keatas. Kontolku mendadak menggeliat bangun.

Kukunci pintu kamarnya,
entah dorongan dari mana, ada keinginan untuk mencium memeknya.
Perlahan-lahan kuturunkan celana dalamnya . . . dan terlepas !. Kulihat
lekat-lekat memeknya yang tak satupun bulu tumbuh diatasnya . . . sebuah
gundukan daging yang mengundang hasratku untuk segera menciumnya.
Kuangkat kedua pahanya, sehingga posisi kakinya membentuk huruf “O”.
Kelentit-nya yang merah muda menyembul keluar.

Akupun menciumnya lembut
dan aroma memek seorang perawan yang khas-pun tercium. Kontolku semakin
tegang dan sakit, karena posisiku yang kurang menguntungkan. Aku terus
mencium dan menjilati naik turun. Lobang vaginanya basah karena ludahku.
Sejenak aku kaget, karena mbak Arie mulai menggeliat, aku cepat-cepat
menarik selimut untuk sekedar menutupi posisi kakinya.

Namun posisinya
tidak berubah sampai ia tertidur kembali . . . seperti bayi. Akupun
semakin penasaran untuk mengulangi kembali, kali ini aku tidak saja aku
jilati, tapi aku mulai menghisap kelentitnya yang kelihatan semakin
memerah, aku seperti kesetanan menghisap yang lainnya. Aku berusaha
membuka memeknya dengan kedua ibu jariku, kelihatan lubang memeknya
masik kecil dan terlihat nyaris rapat.

Kujilati lubangnya, kuusahakan
ujung lidahku menerobos lobang yang sempit itu, sampai pada saatnya
kemudian . . . ia terbangun dalam keadaan aku masih asyik menjilati
memeknya.
“Kamu apakan tempikku dik . . .?”
Tenggorokanku seakan tersekat sesuatu, sehingga tidak mampu menjawab,
apalagi melihat wajahnya.

Naluriku mengatakan pasti ia benar-benar marah
atas kelakuanku tersebut, dan aku tidak tahu, aku harus bagaimana
setelah ini, aku hanya bisa menunggu . . . . Sampai beberapa menit
kemudian, tangannya meraih wajahku dan mengangkatnya perlahan-lahan,
sampai wajahku dan wajahnya berhadap-hadapan.

Sekali lagi dia bertanya
“Diapakan tempikku dik . . . ?”
“Aku sayang mbak Arie . . . maafkan aku mbak” kataku menghiba. Namun
keadaan yang tidak kuduga-duga, mbak Arie mencium bibirku.
“Aku sudah merasakannya, sejak dik Bandi menciumku di meja tadi”
bisiknya ditelingaku . Akupun langsung melumat bibirnya, tangan kananku
berusaha mencari-cari payudaranya yang hanya seperti putting saja .
Akupun menyingkap t-shirt nya untuk mengalihkan ke payudaranya. Kuhisap
putingnya, mbak Arie hanya mendesis-desis dan mencengkeram pinggangku
erat-erat. Kuhisap bergantian kiri dan kanan putting payudaranya, sampai
akhirnya kuhisap kembali tempiknya (demikian ia menyebut memeknya) yang
sudah sangat basah. Kuhisap kelentitnya dengan gemas,dicengkeramnya
kepalaku, ia menggerakkan bokongnya naik turun, sampai pada saat
berikutnya, ditendangnya pundakku keras-keras sehingga bibirku terlepas
dari memeknya. Belakangan aku ketahui ia mengalami orgasme yang hebat,
sehingga ia tidak bisa lagi menguasai gerakannya.

Kupeluk dia, agar ia
segera dapat menguasai dirinya kembali. Demi menjaga perasaannya, akupun
berusaha untuk mengeluarkan kontolku yang sudah tersiksa sedari tadi dan
kuperlihatkan kepadanya.

Dielus-elusnya kontolku, sambil diamatinya
cermat-cermat (mungkin mbak Arie baru melihat kontol yang membesar itu
pertama kali), dipermainkannya kontolku sampai digesek-gesekannya ke
putting payudaranya, sampai pada saat aku sudah tidak bisa lagi menahan
cairan di kontolku muncrat kemana-mana.

Mbak Arie terlihat bergerak
sekenanya untuk menghindari.
“Apa itu tadi dik . . . ?”
” Itu spermaku mbak, itu yang bisa membuat perempuan hamil kalau sempat
masuk kesini” sambil kuusap memeknya.
Mbak Arie memelukku, akupun menyambutnya dengan mendekapnya erat-erat.
Sejenak kuseka air maniku yang sempat mengenai dagu mbak Arie.
Malam itu aku tidur dikamar mbak Arie, kudekap dengan perasaan sayang,
walaupun nafsuku sangat menggelegak untuk berbuat lebih jauh, namun
cepat-cepat kutepis saat kutatap wajah lugunya yang tertidur pulas di
pangkal lenganku.

Kuciumi wajahnya, kuremas-remas bokongnya yang masih
telanjang, ingin rasanya kuciumi memeknya yang mulus tanpa rambut satu
helaipun, namun sekali lagi, aku tidak ingin mengganggu tidurnya yang
pulas.

Aku berusaha untuk selalu terjaga, karena aku harus segera kembali
kekamarku sesegera mungkin. Aku takut, apabila Bude tiba-tiba saja
datang membangunkan mbak Arie.

Jam tiga dini hari aku kembali kekamarku, setelah berusaha mengembalikan
celana dalam mbak Arie ketempatnya, namun ia tetap saja tertidur ataupun
. . . tidur-tiduran, aku tidak tahu. Kucium lembut bibirnya dan
kutinggalkan kamarnya.

Aku bergegas mengepak pakaianku, karena pagi itu aku mendapat
interlokal dari kota Malang untuk segera mengurus acara wisudaku. Cukup
berat aku meninggalkan kota ini, terlebih pengalaman semalam yang
membuatku ingin berlama-lama tinggal.

Bude melarangku pulang sebelum mbak Arie pulang sekolah. Aku berusaha
juga untuk tidak mengecewakannya, terlebih karena peristiwa semalam.
Sebentar kemudian mbak Arie pulang, akupun menyambutnya dan kemudian
dengan kuusahakan tenang dan teratur, aku berpamitan kepadanya.
“Nggak boleeeh . . . . . .!!!” dia berteriak panjang dan berlari menuju
kamarnya. Cukup keras dia menutup pintu kamarnya dan terdengar langsung
dikunci dari dalam. Aku tertegun tak bisa berbuat apa-apa, hanya bude
kemudian berusaha menenangkan sambil menceritakan kenapa aku harus
bergegas pulang hari itu dari luar pintu.

Namun kelihatannya usaha
beliau tidak mendatangkan hasil, bahkan tidak ada tanda-tanda mau
membuka kembali pintu kamarnya.
Aku berusaha untuk menenangkan kali ini.
“Mbak . . . ini aku dik Bandi, nanti aku janji deh . . . kalau urusan
kampus udah selesai, kembali kesini lagi, janji deh mbak . . . ”
kutunggu reaksinya . . . , namun tidak terdengar suara apapun dari dalam
kamar. “Mbak . . . kalau mbak Arie nggak bukain pintu, aku langsung pula
lho, soalnya nanti kehabisan bis yang ke Malang”,

kali ini kata-kataku
berhasil, terdengar suara kunci membuka pintu kamar, dan begitu pintu
terbuka, tanganku disambarnya dan ditarik masuk kedalam kamar, saat itu
bude tersenyum dan meninggalkan kami. Dia langsung memelukku sambil
terdengar isak tangisnya.

Kukecup keningnya, kudekap erat tubuhnya.
“Mbak aku janji, nanti aku telepon kalau nanti sampai di Malang, dan aku
janji lagi, kalau urusan selesai, kesini lagi . . . yaa”, bisikku sambil
meyakinkan. Kulonggarkan dekapanku, ia kelihatannya sudah lebih tenang,
kukecup keningnya sekali lagi, dan terakhir kucium bibirnya dengan
lembut.

Semenjak hari itu, dan selama hampir sembilan tahun !, kami berpisah.
Disini aku tidak bermaksud mengingkari janjiku, namun setelah hari
wisudaku, ada sebuah kontraktor asing yang sedang mengerjakan mega
proyek memanggilku untuk segera bergabung.

Pertimbangan kesempatan, yang
membuatku untuk tidak menyia-nyiakan peluang ini. Sampai kemudian aku
terlarut dengan kesibukan profesiku.
Tiga tahun setelah itu, aku menikah dengan teman seprofesi, setelah
menikmati masa pacaran yang benar-benar bersih selama dua tahun. Akupun
tidak lupa waktu itu untuk mengundang mbak Arie.

Menurut buku tamu ia
hadir, namun sama sekali aku tidak melihatnya. Sebentuk kado berisi
bingkai foto perak yang cantik, dengan tanda tangan dibelakangnya :
Arie.

Bunyi peluit teko air, menyadarkanku dari kenangan yang manis tersebut.
“Mbak . . . aku rebusin air untuk mbak Arie mandi, ayo sekarang mandi
dulu, biar seger”. Ia tersenyum mengangguk. Aku berusaha sebaik mungkin
untuk melayani dia supaya tinggal nyaman untuk sementara di rumahku.
“Ngomong-ngomong, mbak Arie kok tahu nomer teleponku ?” tanyaku sambil
menuang air panas ke bath tub. “Iya, aku nanya dulu ke tante Palupi
(ibuku), soalnya dari sini khan deket ke Airport”.

Rumahku memang deket
sekali dengan airport, tempat transit dia untuk menuju ke Bali, karena
dari kota asalnya tidak ada flight langsung ke Denpasar.
Semakin cantik kulihat dia sehabis mandi, bath robe pink membalut tubuh
yang putih itu semakin kelihatan bersih. Dia kelihatan sedikit berisi,
terlihat dadanya yang sedikit montok namun tidak terlalu besar.

Aku
berencana mengajak makan malam keluar, karena semenjak istriku keluar
kota aku jadi “anwar” (anak warung).
Kutunggu mbak Arie di corolla DX-ku yang butut. T-shirt ungu dengan
leher berbentuk “V” membuat belahan dadanya semakin nyata.
“Dik . . . aku pengen jalan-jalan aja, soalnya tadi aku udah makan di
bis”, katanya sambil menutup pintu mobil. Akupun menyetujui
permintaannya. Kukebut DX-ku ke bioskop terbaik di kotaku, kugandeng
tangannya yang halus, namun ia sempat berbisik “Dik , nanti kalau
ketahuan temennya di Yanti gimana?”
“Lho, mbak Arie khan kakakku, cuek ajalah mbak, ntar aku yang tanggung
jawab” jawabku sekenanya, sambil kurengkuh pundaknya untuk meyakinkan
kesungguhanku. Kami kebagian film Armagedon di jam itu, yang sebetulnya
aku pernah lihat di VCD. Tidak terlalu banyak penonton malam itu, bahkan
bisa dihitung dengan jari, kamipun bebas memilih tempat duduk, kubiarkan
mbak Arie memilih tempat yang disukainya, nomor dua dari belakang dan
paling pinggir. “Ah, kenapa kok tidak paling belakang” protesku dalam
hati, namun tidak apa, dibelakang pun tak seorang pun duduk.

Dua puluh
menit layar armagedon tengah berputar, kulihat mbak Arie tak bergerak
sedikitpun. Kuremas jemari kirinya, tapi tidak ada respon yang hangat.
Kutatap wajahnya lekat-lekat, aah kasihan . . . mbak Arie tertidur, aku
mengerti, perjalanan yang panjang membuatnya berat untuk menikmati film
itu. Kukecup keningnya dan kurengkuh kepalanya dan kubiarkan ia tidur di
pangkal lenganku.

Akupun tak bisa menahan hasrat untuk menciumi
wajahnya.
“Mbak , kita pulang duluan yok” akupun membantunya berdiri dari tempat
duduknya, kutuntun dia, karena kelihatan mbak Arie sudah tidak mampu
membawa badannya. Kubiarkan ia teridur dalam perjalanan menuju kerumah.
Sengaja aku tidak membangunkannya sesampainya dirumah.

Kubuka pintu di
garasi yang menghubungkan dengan ruang tengah. Terbayang di kepalaku
untuk mengulang kenanganku yang lalu, kubopong dia untuk kupindah ke
kamar tidurnya. Namun kali ini rupanya ia sempat terjaga dan
melingkarkan tangannya ke leherku. Kubaringkan dia diranjang, aku
meneruskan dengan pijitan-pijitan ringan di kakinya.

Dari mata kaki
sampai ke betisnya yang indah, aku berusaha untuk membuatnya nyaman ,
dan kelihatannya memang demikian. Tanganku semakin naik untuk membuatnya
nyaman. Kupijit ringan pahanya yang mulus dan nyaris tanpa noda yang
mengganggu. Kuangkat paha kirinya, untuk sekedar mengusap sisi bawahnya,
tersingkap rok mininya keatas, terlihat CD wacoal kremnya yang rupanya
agak transparan, sehingga aku dapat dengan jelas isi didalamnya .
Kontolku tak terasa sudah mulai meradang di balik levi’s-ku yang ketat.
Kuusap memeknya yang masih terbungkus CD. Akupun tak bisa menahan hasrat
untuk mengulang kenangan yang indah itu. Kulihat wajah mbak Arie yang
sebentar-sebentar menelan ludah, ini seperti sinyal bagiku untuk
melanjutkan rangsanganku.

Kuturunkan celana dalamnya, sekali lagi . . .
kali ini aku tidak bisa lagi menyembunyikan rasa heranku, memek itu . .
. entah mengapa aku jadi terangsang hebat melihatnya seperti dulu.
Tanpa satupun bulu !!! montok dan . . . aaaah aku sulit untuk melukiskan
disini. Aku sapukan bibirku lembut diatas belahan memeknya Kulanjutkan
dengan menciumnya habis.

Kelentit-nya yang terangsang, seperti nya
tidak kuasa lagi bersembunyi di lipatan memeknya, tersembul keluar dan
aku langsung menghisapnya penuh nafsu.
” Aaah dik . . . oohh . . . eeeehhmmmmfffff” mulutnya mulai meracau.
Kadang aku gigit ringan bibir memeknya karena gemas. Lidahku bergerak
liar menggelitik lobang memeknya, kuhisap kuusap cairannya yang
membanjir keluar. ” Terus dik, teerrrrruuuussssss . . . . . aaaahhhhhhh”
pinggulnya bergetar hebat, mbak Arie sudah pada klimaksnya yang pertama.
“Dik . . . buka punyamu dik”. Akupun mulai melepas risleting levi’sku.
Kuloloskan semua celana dan CD yang menghalangi kontolku tegak, rasa
berdenyut-denyut di helm kontolku semakin menyiksa, namun aku belum
berani melanjutkan lebih jauh. Sementara kulihat mbak Arie melepas
t-shirt dan beha. Aku tak tahan segera menghisap putingnya yang
tenggelam di bundar payudaranya, mbak Arie membusungkan dadanya untuk
memudahkanku berbuat semaksimal mungkin.

Secara tidak sengaja ujung
kontolku bergesekkan dengan pahanya, membuatku semakin gila menghisap
payudaranya. Mbak Arie hanya bisa menggigit ujung guling dengan mata
yang terpejam rapat-rapat merasakan serangan-seranganku.
“Dik maassssukkan dik . . . punyamu dik” sambil memegang kepalaku dengan
kedua tangannya . . . meminta. Entah . . . hatiku terharu mendengarnya,
sambil kudekap aku membisikkan sesuatu ditelinyanya. “Mbak Arie . .
.tahu akibatnya kalau ini terjadi”
“Dik, sebenarnya aku ingin yang dulu tidak terhenti, kali ini biarkan
ini terjadi. Aku ingin rasa kangenku kamu isi”. Sekali lagi, mbak Arie
aku dekap, dengan perasaan yang bercampur baur menjadi satu, antara rasa
bersalah, haru dan . . . sayang. Aku tidak ingin membuat peristiwa ini
sebagai bencana terhadap dirinya,

namun dilain pihak aku juga tak ingin
mengecewakannya. Kucium bibirnya, kali ini tidak saja nafsu yang
menyelimuti perasaanku, tetapi juga sayang serta penebusan rasa
bersalahku. Mbak Arie menyambut dengan hangat bibirku, kali ini
kurasakan lain lumatan bibirnya. Dibuka perlahan-lahan kakinya, akupun
menyambutnya dengan perlahan-lahan mengarahkan kontolku kelubang
rahimnya. Namun aku merasakan,

setiap usahaku untuk menekan masuk ke
lobang itu selalu gagal. Sangat rapat dan kenyal sekali bibir memeknya,
selain itu juga, mbak Arie masih perawan!. Aku melepaskan dekapanku,
kuubah posisi mbak Arie melintang, dengan pinggul dibibir ranjang.
Kuangkat tinggi-tinggi kakinya, kujilati sekali lagi memeknya agar lebih
licin untuk kumasuki. Kubuka lebar-lebar bibir memeknya dengan jari-jari
kiriku. Woow . . . sejenak aku merasa tertegun dan ragu, akankah
kejantananku bisa masuk keliang yang menurutku sangat kecil tersebut
Kupegang kontolku dengan tangan kananku. Dengan hati-hati perlahan-lahan
ujung kontolku ku masukkan menerobos selaput keperawanannya.

” Dik,
aaahhhhhh . . .terus, teerrrrrrusss aahhhhh !!”. Aku sudah tidak bisa
melihat, apakah dia merasa kesakitan ataukah merasakan kenikmatan yang
lain. Kulihat bibir kanan memeknya mengeluarkan darah, padahal baru
separuh panjang kontolku menghujam lubang rahimnya. Kulihat mbak Arie
tidak sabar untuk segera menelan bulat-bulat kontolku, ia mengayun
bokongnya dan . . . blesss, habis sudah panjang kontolku masuk ke
memeknya. Aku sengaja menahannya didalam, dan sedikit berusaha
menggoyang-goyangkannya aku juga ingin dia merasakan kontolku mengisi
ruang-ruang diliang vaginanya.

Helm kontolku terasa berdenyut-denyut
nikmat, merasakan hangat yang sangat rapat menggigit. Kuciumi belakang
telinganya, kulumat bibirnya. Kali ini mulai kuayun kontolku
perlahan-lahan . . . aku sudah tidak lagi merasakan, ganas kukunya
mencengkeram punggungku, kutambah irama ayunanku. Mbak Arie hanya bisa
menggelepar-gelepar laksana ikan mencari air.

Kakinya mencekeram
pinggangku, seakan tidak mau kontolku meninggalkan memeknya. Kuayun
semakin cepat, rapat-nya lubang memeknya membuat aku kesetanan
menghujamnya berkali-kali, mbak Arie sudah tidak bisa lagi menguasai
gerakan tubuhnya. Akupun teringat, betapa keras dia menendang pundakku
dulu. Mulutnya hanya mengeluarkan desisan-desisan tak beraturan.
Akhirnya aku sudah tak tahan untuk lebih lama menahan spermaku keluar.
Kucabut kontolku, aku ingin menumpahkan diluar. Tetapi cengkeraman
kakinya membuatku kesulitan membebaskan kontolku. ” Ssssshhhhh mbak . .
. aku mau keluar !” . Direngkuhnya leherku, dengan terbata-bata dia
membisikkan. “Dik, keluarkan di tempikku , keluarkan semuanya “.

Akupun
sudah tak bisa menahan spermaku, kutanamkan dalam-dalam kontolku dan . .
. menyemburat spermaku. “Ooohhhhhhh dik , . . . . ennnnhhhhaaaaak dik”,
kupeluk mbak Arie, kali ini kutumpahkan rasa sayangku semuanya,
senyumnya mengembang manis, sambil membisikkan sesuatu di telingaku
“Sampaikan permintaan maaf untuk dik Yanti”, aku berjanji didalam hati
untuk menyampaikannya, walaupun dengan alasan yang lain tentu saja.
Share:

Cerita Mesum : Rini Yang di Tinggal Suaminya Ke Luar Kota Manjadi Kesepian

Kehidupan kota metropolitan sungguh sangat berlainan dengan kehidupan di kampung. Jalanan penuh dengan lalu lalang kendaraan, bergerak tak pernah berhenti. Bis kota, angkutan penumpang umum, mobil, motor dan yang lain-lain berseliweran tak karuan. Lalu lintas benar-benar semrawut. Sepertinya tak ada aturan.

Rini Yang di Tinggal Suaminya Ke Luar Kota Manjadi Kesepian

Mereka berjalan semau gue, ingin menang sendiri. Tak ada sopan santun di jalanan. Kemacetan sudah merupakan keharusan di kota ini. Para pengendara saling umpat menuntut haknya masing-masing. Pokoknya membuat stress siapa saja yang hidup di kota ini.

Tak heran karenanya para penghuni kota selalu mencari kesempatan untuk refreshing. Melupakan kehidupan yang begitu penuh dengan persaingan, saling ganjal, saling sikut demi kepentingan pribadi. Mereka ada yang pergi ke luar kota, ke daerah pegunungan, ke pantai atau ada juga yang datang ke tempat-tempat hiburan sekedar mendengarkan musik sambil minum-minum bersama teman-temannya.

Setelah hidup tiga bulan di kota ini, aku sudah mulai bisa menyesuaikan diri dengan gaya kehidupan di sini. Aku pernah juga menyempatkan diri mampir ke sebuah café untuk mencari hiburan hanya sekedar melepaskan kepenatan keseibukanku sehari-hari. Aku pun sudah tak berhubungan dengan suamiku lagi setelah kuminta surat cerai darinya, meski kutahu ia berada di kota tempatku kini tinggal.

Terakhir kali kami bertemu di suatu tempat dan ia menyatakan maaf atas segala perlakuannya selama ini. Aku memaafkannya dan meminta untuk tidak lagi berhubungan demi kepentingan bersama. Suamiku sebenarnya masih mencintaiku namun keadaan memang tidak memungkinkan lagi.

Ia akhirnya menyatakan selamat tinggal dan meninggalkan selembar cek bernilai sangat besar. Katanya untuk menunjang kebutuhanku sehari-hari. Sebelum aku datang ke kota ini, aku sudah mempersiapkan diri untuk mencari kesibukan. Beruntunglah aku berkenalan dengan seorang wanita pengusaha. Usianya tak jauh berbeda denganku. Orangnya pandai bergaul, ramah dan pintar. Namanya Nuraini.

Aku memanggilnya Mbak Rini, karena ia memang meminta dipanggil seperti itu. Cantik, tinggi semampai, tubuhnya montok dan suka berpakaian seksi. Orang bilang tipe ‘Bangkok’. Penampilannya memang sempurna. Wanita berkelas. Katanya ia kenal dengan orang-orang penting dikota ini. Pejabat pemerintah, konglomerat sampai ke jenderal-jenderal dikenalnya dengan baik. Aku tak tahu bagaimana ia bisa menjalin hubungan dengan mereka.

Tapi yang pasti, kalau melihat penampilannya yang serba ‘wah’, aku percaya dengan pengakuannya itu. Siapa yang tak suka berhubungan dengan Mbak Rini yang cantik dan seksi itu. Aku sering berhubungan dengannya dan banyak meminta nasihat, saran berkaitan dengan bisnis di kota ini yang penuh dengan persaingan ketat. Aku pun mau tak mau harus bisa mengimbangi gaya hidupnya yang serba aktif, termasuk mengunjungi tempat-tempat hiburan atau lebih dikenal dengan istilah ‘Dugem’.

Sore tadi aku ditelepon Mbak Rini untuk bertemu di sebuah café yang kebetulan tak begitu jauh dari tempat tinggalku. Katanya aku akan dikenalkan dengan seorang pengusaha besar. Mbak Rini berjanji akan mengikutsertakan diriku untuk sama-sama mengerjakan proyek besar dari pengusaha ini. Di telepon dia wanti-wanti agar aku berdandan secantik mungkin, bahkan kalau bisa seseksi mungkin.

Aku tertawa saja mendengar permintaannya itu dan kukatakan ada-ada saja, masa bertemu dengan pengusaha saja harus berpakaian seksi, kataku polos. Tetapi ketika berangkat aku berpakaian seksi juga pada akhirnya. Sebelum keluar pintu rumah, aku masih menyempatkan diri bercermin di depan kaca yang ada di ruang tamu. Kuperhatikan dandananku agar tak membuat malu Mbak Rini nantinya. Aku cukup puas dengan penampilanku.

Blouse warna hitam itu sangat cocok sekali dengan warna kulitku yang putih bersih. Melekat ketat mencetak bentuk tubuhku sehingga memperlihatkan lekukan-lekukannya, terutama di bagian dada. Payudaraku nampak membusung penuh di balik blouse ketat ini. Bahkan kancing bagian atasnya sampai susah dimasukan ke dalam lubangnya saking ketatnya. Aku agak jengah melihat tonjolan dadaku sendiri. Ke bawahnya kupadu dengan rok sebatas lutut.

Aku sengaja memakai rok ini supaya bentuk kakiku yang ramping dan betisku yang indah kelihatan cantik. Aku puas dengan dandananku. Setengah jam kemudian aku sudah berada di café itu. Aku celingukan mencari Mbak Rini di tengah keramaian orang-orang yang berlalu lalang di sana. Agak gugup juga aku berada di sana, mungkin belum terbiasa dengan kehidupan malam seperti ini meski telah beberapa kali mencobanya. Selang beberapa menit, aku menemukannya di pojok ruangan café itu tengah duduk berdua dengan seorang pria.

Mbak Rini segera melambaikan tangannya padaku saat kumelangkah ke sana. “Sini buruan,” panggilnya. “Nah, kenalin ini teman saya. Cantik khan?” katanya kemudian seraya memperkenalkanku kepada pria di sampingnya. “Anna,” ucapku lirih malu-malu sambil menyodorkan tanganku menyambut uluran tangan pria itu. “Aku Rudy,” balasnya segera sambil tersenyum padaku. Nampaknya pria ini sudah berumur namun penampilannya masih segar, penuh vitalitas, dan juga harum, dengan wewangian yang terasa aroma maskulinitasnya.

Orangnya masih gagah walau sudah berumur. Tubuhnya pun tinggi, tegap, dan kekar. Aku dapat merasakannya dari genggaman tangannya yang kuat, dan pemandangan samar bukit dadanya dari balik kemeja yang dipakainya. Telapak tangannya yang besar menggenggam habis tanganku yang mungil. Orangnya ramah, berkharisma, dan menarik. Kuperhatikan wajahnya yang cukup tampan itu. Kekagumanku pun semakin bertambah.

Penampilannya benar-benar ‘dandy’. Pakaiannya kelihatan mahal. Cukup meyakinkan menjadi pengusaha besar. “Silakan duduk,” ucapnya sopan. Tempat duduk itu berbentuk setengah lingkaran merapat ke dinding dilengkapi meja di depannya. Tadinya aku mau duduk paling ujung akan tetapi Mbak Rini menyuruhku bergeser lebih ke dalam agar ada tempat duduk baginya. Sementara dari ujung sana, Mas Rudy, demikian aku memanggilnya karena kulihat ia sudah berumur, bergeser masuk untuk duduk sehingga praktis aku berada di antara mereka berdua.

Aku lirik Mbak Rini sebagai tanda protes karena posisiku yang terjepit tak ada jalan keluar. Lucunya, ia malah mengedipkan mata entah apa maksudnya. Sedangkan dari sisi lain, Mas Rudy terus merapat padaku sehingga kurasakan bahu kami saling bersentuhan. Aku jadi kebingungan oleh keadaan ini. Lagi-lagi Mbak Rini mengedipkan matanya, kali ini sambil berbisik “santai aja,” katanya. Kami mulai mengobrol ngalor ngidul.

Tanya ini dan itu diselingi canda gurau antara Mas Rudy dengan Mbak Rini yang agak berbau porno. Kelihatannya mereka sudah akrab betul. Bahkan sekali-sekali Mbak Rini mencubit lengan Mas Rudy sambil tertawa manja, bahkan genit. Sementara aku yang berada di antara mereka hanya bisa tersenyum serba salah mengikuti canda mereka yang semakin lama semakin seru. Karena berada di tengah mereka jadi sudah pasti aku terkena sentuhan mereka saat saling cubit. Bahkan tangan Mas Rudy sempat nyerempet buah dadaku yang menonjol terlalu ke depan saat ia mencubit tangan Mbak Rini. Dengan refleks, aku memundurkan tubuhku.

Mereka nampaknya tidak memperhatikan itu. Sepertinya aku ini tidak ada. Sebenarnya aku mulai tak nyaman dengan keadaan ini, kalau saja Mas Rudy kemudian tidak mengajakku turut dalam obrolan mereka. Ia memang tipe pria yang romantis melihat dari tutur katanya. Tenang, kalem, penuh canda diselingi pujian yang terdengar tidak gombal. Bahkan membuat wanita merasa tersanjung. Obrolan kami semakin seru saja, apalagi setelah minuman pesanan kami tiba. Aku ikut-ikutan meneguk minuman seperti mereka, meski sebenarnya tak tahu jenis apa minuman itu, yang pasti terasa panas di tenggorakan.

Aku tak ingin disebut kampungan. Aku tak mau dibilang ‘norak’. Kemudian kami mulai berbicara serius. Membicarakan bisnis kami. Mas Rudy semakin merapat, bahkan wajahnya menjulur persis di depanku saat bicara pada Mbak Rini. Tercium aroma after shave nya. Aroma rempah-rempah. Aroma khas laki-laki jantan! Ehm.., aku mulai ngaco. “Aku setuju saja dengan usulan Mbak Rini. Tapi engh.., gimana dengan Mbak Anna sendiri? Apa dia setuju dengan usulan saya?” demikian kata Mas Rudy seraya mengerling genit padaku. Kurasakan duduknya semakin mepet padaku. Aku tak mengerti maksud perkataan itu.

Aku segera menoleh ke arah Mbak Rini seakan minta pertolongan apa yang harus kukatakan. Mbak Rini langsung berbisik padaku bahwa ia setuju dengan penawaran harga atas proyek bernilai ratusan milyar itu asal aku dan Mbak Rini mau bersenang-senang dengannya. “Maksud Mbak?” bisikku semakin bingung. Ia tak menjawab bahkan ia langsung mengiyakan pada Mas Rudy tanpa meminta pendapatku dahulu. Kulihat Mas Rudy langsung tersenyum senang mendengar jawaban itu. “Nah itu baru rekan bisnis yang jempolan,” katanya seraya menjawil daguku dengan gemas. “Ayo kita rayakan kerjasama ini,” belum sempat aku protes apa yang mereka sepakati, tiba-tiba Mbak Rini langsung meraih gelas dan mengacungkannya ke atas meja disambut oleh acungan gelas Mas Rudy.

Mereka melirik padaku. Menunggu reaksiku. Aku sepertinya telah terjebak. Tak ada lagi yang bisa kupebuat kecuali mengikuti ajakan mereka. Kami sama-sama meneguk minuman dalam gelas sampai habis. Minuman itu langsung kutelan. Terasa panas di tenggorokan. Bahkan tubuhku mulai terasa hangat. Kepalaku terasa agak melayang. Apa aku ini sudah mabok? Mereka terlihat gembira sekali sambil bernyanyi-nyanyi mengikuti lagu yang dimainkan oleh sebuah grup musik di panggung café. Minuman dalam gelasku sudah terisi penuh kembali. Baik Mas Rudy maupun Mbak Rini memintaku untuk menghabiskannya. Kuturuti permintaan mereka. Aku pun ingin bersenang-senang seperti mereka mengikuti suasana hingar bingar musik.

Kulihat penyanyi wanita di panggung meliuk-liukan tubuhnya dengan gerakan erotis mengikuti irama musik padang pasir yang dimainkan grup musik. Persis seperti penari ular. Suasana semakin heboh. Pengunjung lain, pria, wanita mulai ikut-ikutan berjoget. Ada yang berpelukan, bahkan berciuman. Mereka tak malu melakukan itu di depan umum. Suasana ini melanda di meja tempat kami. Mbak Rini tanpa diduga menyodorkan wajahnya persis didepan mukaku dan disambut oleh Mas Rudy dengan ciuman di bibirnya.

Aku terpana melihat aksi mereka di depanku. Mereka asyik berciuman. Saling mengulum. Seolah aku tak hadir di depannya. Sungguh gila kehidupan di kota ini. Aku tak menyangka akan sejauh ini. Begitu bebas. Ciuman mereka nampaknya semakin memanas. Pandanganku semakin kabur. Mungkin minuman yang kuteguk tadi mulai mempengaruhiku. Tubuhku terasa kelu. Dan entah kenapa pemandangan di depanku membuat diriku bergairah.

Kulihat mereka asyik sekali berciuman. Membuatku iri. Entah bermimpi atau tidak, kurasakan sesuatu bergerak di bawah meja. Meraba-raba lututku dan merayap perlahan, menelusup ke balik rokku, menggerayangi pahaku. Kutahu itu tangan Mas Rudy. Aku tercekat. Kurang ajar lelaki ini! Rutukku dalam hati. Pura-pura berciuman dengan wanita lain sementara tangannya menggerayang nakal di atas pahaku. Kutepiskan tangan itu dari balik rokku.

Mas Rudy hanya mengerlingkan matanya padaku sementara bibirnya tak pernah lepas dari bibir Mbak Rini. Gila semua! Pekikku dalam hati mengutuk perbuatan mereka. Kelihatannya Mbak Rini tahu apa yang dilakukan Mas Rudy tehadapku. Ia tersenyum padaku sambil menganggukan kepala. Entah apa maksudnya. Kemudian kurasakan kembali gerayangan di atas pahaku, namun kali ini bukan hanya dari sisi kiriku tetapi juga dari sisi kanan tempat Mbak Rini. Oh.. dunia ini semakin kacau! Masa Mbak Rini pun berselera kepadaku sesama perempuan? Aku sepertinya terpesona oleh gerayangan tangan Mbak Rini yang begitu lembut dan mesra.

Aku tak berani menepis tangannya yang semakin naik menuju pangkal pahaku. Mereka menghentikan ciumannya dan melirik bersama-sama kepadaku. Aku balas memandang tatapan mereka. Kulihat kilatan bola mata mereka memancarkan gairah. Tiba-tiba saja, mereka mencium pipiku dari kanan-kiri. Aku berteriak memprotes perbuatan mereka. Teriakanku nampaknya tenggelam di tengah kegaduhan musik di café itu. Tamu-tamu lain pun tak ada yang memperhatikan perbuatan kami. Mereka sibuk dengan keasyikannya masing-masing.

Kurasakan gerayangan tangan mereka semakin nakal, terutama tangan Mbak Rini yang mulai menarik celana dalamku. Aku tercekat dan tubuhku terlonjak. Saat itulah dengan mudahnya, Mbak Rini memelorotkan celana dalamku hingga turun sampai ke lututku. Aku berteriak “Mbak.. apa-apaan?!” Mbak Rini tak berkomentar malah terus menciumi pipiku dan bergeser ke bibirku. Aku benar-benar kelabakan dikeroyok mereka. Mas Rudy tak tinggal diam. Bibirnya menciumi leherku dari samping kiri sementara tangannya yang lain meraba-raba dadaku.

Aku ingin menangis rasanya diperlakukan seperti ini di muka umum. Tetapi harus kuakui, mereka memang benar-benar lihai memperlakukanku. Penuh kelembutan. Tak ada pemaksaan. Hanya aku saja yang tidak berani berontak. Tenagaku sepertinya hilang entah kemana. Tubuhku terasa lunglai. Pengaruh minuman itu semakin terasa menguasai pikiran jernihku. Cumbuan hangat mereka membuat tubuhku serasa terbakar. Aku mulai terbuai,

terpesona oleh perasaanku sendiri. Apalagi Mas Rudy tak henti-hentinya membisikan rayuan dan pujian di telingaku. “Kamu cantik sekali sayang.., tubuhmu benar-benar seksi.. sangat merangsang..” rayunya seraya mencopot kancing blouseku untuk kemudian menelusupkan tangannya ke dalam. Menggerayangi buah dadaku yang masih tertutup kutang. Diremasnya dengan lembut. Kurasakan jemari tangannya mengelus-elus kulit bagian atas dadaku yang terbuka untuk kemudian menelusup ke balik kutangku. Tanpa sadar aku melenguh.

Aku mulaui terbawa arus permainan mereka. Gairahku kembali muncul setelah cukup lama terpendam sejak perselingkuhanku dengan Kang Hendi beberapa bulan yang lalu. Bergelora penuh gairah. Tubuhku berdenyut-denyut oleh nafsu birahiku sendiri. Darahku berdesir kencang, terlebih saat tangan Mbak Rini mengelus-elus bibir kemaluanku. Kurasakan daerah itu mulai basah. Aku merasakan sesuatu yang lain dari sentuhan tangan Mbak Rini. Sepertinya ia tahu persis titik-titik kenikmatan di daerah itu. Benar-benar indah, sampai-sampai aku tak sadar mengerang lirih sambil memanggil namannya. “Ya sayang..” jawabnya dengan lirih pula.

Terdengar nafasnya mulai tersengal-sengal. Ia lalu berbisik padaku untuk mencari tempat yang lebih leluasa dan kemudian disetujui oleh Mas Rudy. Aku sudah tak perduli mau dibawa kemana dan aku tak ingat bagaimana ia membawaku karena begitu mataku terbuka aku sudah berada di atas ranjang empuk di dalam kamar yang dipenuhi oleh berbagai peralatan mewah. Lampu yang bersinar temaram menolong pandangan mataku untuk melihat ke sekeliling. Kulihat disamping ranjang Mas Rudy tengah membantu Mbak Rini melepaskan pakaiannya.

Dengan refleks, aku melihat kepada diriku sendiri dan menarik nafas lega ketika kutahu pakaianku masih lengkap menempel di tubuhku, hanya saja kancing blouseku sudah terlepas beberapa buah sementara rokku tersingkap memperlihatkan kemulusan pahaku. Sedangkan kedua kakiku menekuk sebatas lutut sehingga dari arah mereka dapat terlihat bagian dalam ujung pangkal pahaku yang masih tertutup celana dalam.

Aku menonton adegan mereka. Pakaian Mbak Rini sudah terlepas semuanya. Dalam hati aku mengagumi keindahan tubuhnya yang sudah telanjang bulat itu. Buah dadanya tak sebear milikku tapi memiliki bentuk yang indah dan nampak lebih membusung karena tubuhnya lebih kecil dibandingkan diriku. Pinggulnya membentuk lekukan sempurna diimbangi oleh buah pantatnya yang bulat penuh. Perutnya rata. Selangkangannya dipenuhi oleh rambut hitam legam yang begitu rimbun. Sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih bersih.

Aku merasakan keanehan dalam getaran tubuhku saat memandang tubuh Mbak Rini. Jantungku berdegub semakin kencang melihat aksi Mbak Rini mencium Mas Rudy dengan penuh gairah. Kedua tangannya bergerak cekatan mempreteli baju dan celana Mas Rudy. Tontonan ini semakin mendebarkan. Gairahku terpancing melihat tubuh Mas Rudy yang masih oke walau sudah tua. Kemaluanku semakin berdenyut-denyut melihat tangan Mbak Rini menelusup ke balik celana Mas Rudy sambil memperlihatkan ekspresi kaget di wajahnya.

Aku semakin penasaran oleh apa yang telah ditemukannya. Ia melirik padaku yang tergolek di ranjang sambil memperlihatkan ekspresi wajah penuh kekaguman. Tanpa sadar, aku bangkit untuk melihatnya. Aku jadi penasaran melihat Mbak Rini seperti sengaja menyembunyikannya dari pandanganku. Aku baru terpekik kaget begitu Mbak Rini sambil menyeringai senang mengeluarkan sesuatu dari balik celana Mas Rudy dalam genggaman kedua tangannya. Dari balik celana Mas Rudy keluar batang kemaluannya yang sudah kencang dengan ukuran yang luar biasa. Panjang dan besar! Padahal kedua tangan Mbak Rini sudah menggengamnya penuh tapi masih terlihat sisa beberapa senti di atasnya. Panjang sekali! Mbak Rini tersenyum senang seperti anak kecil mendapatkan mainan. Mengocoknya naik turun sambil melambai-lambaikan batang itu ke arahku. Seolah ingin memperlihatkan kepadaku betapa senangnya ia mendapatkan batang kontol sebesar itu.

Aku hanya bisa menelan ludah sendiri menyaksikan semua itu. Sementara kulihat Mas Rudy mengerling padaku sambil tersenyum bangga dengan apa yang dimilikinya. Aku balas tatapan itu dengan menjilati bibir dengan lidahku. Kuingin ia tahu betapa besarnya keinginanku untuk menjilatinya. Kulihat bola matanya berbinar melihat aksi genitku yang membuatnya bergairah. Kelihatannya ia ingin segera meloncat ke atas ranjang tempatku berbaring dengan posisi yang menggairahkan. Tetapi Mbak Rini menahannya di sana. Wanita itu langsung berjongkok di hadapan Mas Rudy dan menjilati batang itu dengan penuh nafsu. Kepala Mas Rudy menoleh ke belakang sambil mengerang kenikmatan merasakan jilatan lihai lidah Mbak Rini di sekujur batangnya.

Dari bawah naik ke atas, mengulum-ngulum kepalanya untuk kemudian turun kembali ke bawah menjilati buah pelernya. Kepalaku terasa pening melihat aksi Mbak Rini. Nafsuku mulai terasa di ubun-ubun. Aku diam di ranjang melihat permainan mereka sambil meremas-remas dadaku sendiri. Aksiku menarik perhatian Mas Rudy. Tangannya mencoba menggapai ke arahku namun tak sampai. Aku sengaja membusungkan dadaku memndekati ujung tangannya yang hanya tinggal beberapa senti lagi. Jemarinya mencoba meraih tetapi tetap tak sampai. Aku tersenyum menggoda. Aku ingin Mas Rudy terangsang oleh godaanku.

Jemariku mencopot kancing blouse satu per satu sambil menatap penuh gairah kepadanya. “Ooohh.. luar biasa.. ngghh..” erangnya merasakan kenikmatan dan rangsangan yang diberikan oleh dua orang perempuan cantik nan seksi sekaligus. Mbak Rini semakin semangat dengan aksinya. Mulutnya sudah penuh dengan batang kontol Mas Rudy. Dihisap-hisap. Dikulum-kulum dengan penuh kenikmatan. Aku iri melihatnya. Aku lalu bangkit dari ranjang dan menghampiri mereka. Kupeluk tubuh Mas Rudy dari belakang.

Menciumi bahu dan punggungnya yang kokoh, sementara kedua tanganku menggapai ke atas dadanya yang berotot. Aku bisa merasakan dadanya yang dipenuhi bulu-bulu halus. Spontan saja aku langsung mengelus-elusnya. Kemudian tanganku bergerak merambahi lengan Mas Rudi. Lengan itu terasa begitu kencang, dengan otot-ototnya yang bersembulan. Kuelus dan kumainkan bisepnya yang tebal dan padat itu. Wajah Mas Rudy menoleh ke samping mencari-cari bibirku untuk dikulum. Aku sengaja menghindar. Menggodanya. Ia semakin terangsang.

Kubiarkan saja seperti itu. Tanganku pun merayap ke arah perutnya. Meski sudah berumur tetapi perutnya tidak buncit, sama dengan bagian tubuhnya yang lain, tampak kokoh dengan otot-ototnya yang keras dan pejal. Ia nampaknya rajin berolah raga sehingga masih memiliki tubuh seperti model pria di majalah kebugaran.

Kurasakan perutnya bergetar hebat mengikuti rayapan nakal jemariku. Kupermainkan bulu-bulu lebat di seputar selangkangannya. Aku sengaja tidak meraba batang kontolnya yang tengah dikulum Mbak Rini meski kutahu pasti ia sangat menginginkan sentuhan tanganku pada batangnya. Kudengar ia melenguh memanggil namaku. Ia rupanya tersiksa oleh godaanku. Aku tersenyum penuh kemenangan.

Entah kenapa dalam lubuk hatiku, aku ingin memberinya lebih dari apa yang diberikan Mbak Rini pada Mas Rudy saat itu. Inilah mungkin persaingan di antara wanita yang tak pernah disadari oleh kaumku. Aku lalu berpindah ke depan mereka diiringi tatapan Mas Rudy yang begitu penasaran dengan apa yang akan kulakukan. Aku ikut berjongkok di belakang Mbak Rini. Kupeluk wanita itu dari belakang. Mbak Rini menoleh sebentar untuk kemudian meneruskan kulumannya. Kudengar ia merintih saat tanganku memeluk buah dadanya. Kuremas dengan lembut sambil memilin putingnya yang sudah mengacung keras. Aksiku tak pernah luput dari pandangan Mas Rudy.

Kuciumi punggung Mbak Rini. Sekali-sekali kugigit perlahan. Ia mengaduh. Tapi nampaknya tidak merasa kesakitan malah sebaliknya. Ia terangsang karena kurasakan putingnya semakin mengeras. Tanganku merayap lebih jauh. Turun ke bawah menelusuri permukaan perutnya. Lalu mengelus-elus bulu kemaluannya. Jemariku segera menelusuri garis bibir kemaluannya. Mbak Rini melenguh merasakan permainan jemariku. Ia sudah basah.

Jemariku merasakan daerah itu sudah sangat licin sehingga dengan mudah telunjuk jariku melesak ke dalam liangnya. Kutekan perlahan. Jemariku bergerak keluar masuk untuk kemudian menusuk lebih dalam. Pinggul Mbak Rini bergoyang seperti gerakan bersenggama mengimbangi tusukan jariku. Kugeser-geser dadaku ke atas punggungnya. Buah dadaku terasa semakin membusung oleh desakan nafsu birahi. Meski masih terhalang oleh pakaian, namun terasa hingga ke hatiku. Aku ikut-ikutan melenguh menimpali erangan Mbak Rini yang tengah disetubuhi oleh jariku. Kupermainkan kelentitnya. Aku tahu persis kelemahannya, tahu mana titik-titik yang bisa membuatnya memekik penuh kenikmatan. Sama persis seperti yang ada di tubuhku. Karena kami sama-sama

wanita. Mas Rudy terperangah dengan aksi kami berdua di bawah. Pemandangan dihadapannya semakin membuat Mas Rudy terangsang hebat. Mungkin baru kali ini ia bercinta dengan dua wanita sekaligus dan tak pernah membayangkan akan demikian dahsyat rangsangan yang dirasakannya. “Oh.. kalian berdua sungguh luar biasa..” katanya dengan suara tersengal. “Ayolah kita pindah ke ranjang. Aku sudah tak kuat lagi.. ngghh..” pintanya kemudian. Kami lalu berpindah ke ranjang. Mas Rudy mengambil posisi telentang, sementara aku berbaring di

sampingnya sambil berciuman dengannya. Mbak Rini rupanya belum mau melepaskan kuluman pada kontolnya. Ia masih asyik mengemot-emot batang itu. Kedua tangannya tak pernah berhenti mengocok. Luar biasa pertahanan Mas Rudy. Ia belum memperlihatkan tanda-tanda akan mencapai puncaknya. Padahal Mbak Rini sudah mengeluarkan semua kemampuannya menghisap kontol itu. Ia penasaran sekali. Aku dan Mas Rudy kembali berciuman. Kurasakan tangan kekarnya bergerak lincah mempreteli kancing blouseku hingga terlepas. Ia lalu

meraih kaitan kutang di punggungku dan melepaskannya. Mas Rudy melenguh penuh kekaguman begitu kedua buah dadaku yang membusung penuh tumpah dari kutangku. Kedua tangannya segera menangkap buah dadaku. Meremas-remas seraya berkata betapa kenyal dan montoknya buah dadaku. Ia tak berhnti memuji-muji kecantikan tubuhku. Bibir langsung berpindah ke atas payudaraku. Menciumi keduanya dan menjilat-jilat putingku. Aku meringis keenakan menghadapi lumatan pada putingku. Tangannya meraih tanganku untuk dibimbing ke arah

kontolnya. Mbak Rini lalu melepaskan kulumannya dan membiarkan aku menggenggam kontolnya. Ia bangkit dan mengambil posisi jongkok mengangkangi Mas Rudy. Liang memeknya persis di atas kontol yang tengah kupegang. Kuacungkan persis menempel di mulut liangnya. Aku melirik ke arah Mbak Rini dan memberi tanda supaya menurunkan tubuhnya. Mbak Rini melenguh panjang saat ujung kepalanya menerobos masuk bibir kemaluannya. “Oohh.. gedee.. bangeett.. uugghh.. enaakkhh..!” rintih Mbak Rini penuh kenikmatan. Kulihat batang yang lebih

besar dari pergelangan tanganku itu melesak ke dalam liang Mbak Rini yang sempit. Batang itu baru masuk setengahnya. Mbak Rini sudah kelihatan gelagapan. Kelihatannya tak akan muat. Mbak Rini menggoyang-goyang pantatnya sambil bergerak turun naik. Sedikit demi sedikit gerakan itu membantu batang Mas Rudy masuk lebih dalam lagi. Mbak Rini baru menjerit lega setelah merasakan batang itu masuk seluruhnya. Ia tampak puas bisa membenamkan seluruhnya. Setelah itu ia beergerak naik turun. Telihat lambat sekali. Ketika naik rasanya tidak

sampai-sampai ke ujungnya. Begitu pula saat turun. Terasa lama sekali baru mentok hingga ke dasarnya. Aku terpesona melihatnya sambil berpikir apakah liangku mampu menerimanya. Aku tak bisa berpikir lama karena tangan Mas Rudy bergerak semakin nakal. Rokku telah dipelorotkannya sekaligus dengan celana dalamku. Aku kini sudah telanjang bulat seperti mereka berdua. Kurasakan jemari besar dan lembut Mas Rudy menusuk-nusuk liang

memekku. Mulutnya tak pernah berhenti mengemoti puting susuku. Kenikmatan di dua tempat ini benar-benar luar biasa. Rangsangan dahsyat menyebar ke sekujur tubuhku. Cairan pelumas dari liang memekku semakin membanjir sehingga memperlancar laju keluar masuk tusukan jari Mas Rudy. Menyentuh seluruh relung vaginaku. Kelentitku dipermainkan sedemikian rupa. Tubuhku terlonjak-lonjak saking keenakan. Pinggulku bergoyang, berputar dan

bergerak maju mundur mengikuti irama tusukannya. “Ganti posisi Mbak..” kata Mas Rudy tiba-tiba. Ia bangkit sembari menurunkan tubuh Mbak Rini yang tengah asyik menungganginya. Kulihat Mbak Rini sepertinya tahu apa keinginan Mas Rudy. Ia langsung mengambil posisi merangkak di atas ranjang, bertumpu pada kedua lututnya yang ditekuk sementara pantatnya menungging ke atas. Mas Rudy mengambil posisi di belakangnya. Ia tekan punggung Mbak Rini sehingga wajahnya menyentuh ranjang. Pantatnya yang bulat penuh itu semakin menungging. Mas Rudy

bergumam tak jelas sambil menatap penuh nafsu liang memek Mbak Rini yang sudah menganga lebar dari bagian belakangnya. Mas Rudy memegangi kontolnya dan diarahkan ke liang itu. Tubuhnya segera didorong ke depan. Mbak Rini melenguh seperti sapi yang sedang diperah. Mulutnya menganga sambil mengaduh karena merasakan liangnya dijejali benda keras, panjang dan besar milik Mas Rudy. Aku iri melihat kenikmatan yang diperolehnya. Aku diam tak bergerak menyaksikan persetubuhan mereka. Nafsuku semakin memuncak. Kedua tanganku dengan

refleks meremas buah dadaku sendiri. Mas Rudy melihat perbuatanku. Ia menyuruhku untuk bergabung. Mbak Rini segera menarik tubuhku hingga telentang persis di bawahnya. Kedua kakiku dibukanya lebar-lebar kemudian wajah Mbak Rini mendekati pangkal pahaku. Aku berdebar menantikannya. Kemudian kurasakan jilatan lidahnya di bibir kemaluanku. Tubuhku bergetar hebat. Luar biasa! Baru kali ini aku merasakan lidah perempuan menjilati

memekku. Tubuhku meggeliat-geliat antara geli dan nikmat. Mbak Rini memang luar biasa. Ia lihai sekali memberikan rangsangan padaku. Lidahnya menjilat-jilat kelentitku. Pantatku terangkat tinggi-tinggi begitu kurasakan desakan hebat dari dalam tubuhku. Begitu kencang dan kuat hingga aku tak dapat menahannya. Aku menjerit lirih sambil menggigit bibirku sendiri. Semburan demi semburan memancar dari liang memekku. Aku mencapai puncak kenikmatan hanya dalam beberapa kali jilatan saja. Kulihat ke bawah wajah Mbak Rini semakin

terbenam di antara selangkanganku. Mulutnya mengecup-ngecup cairan yang meleleh dari liangku. Menghirupnya dalam-dalam. Ia dengan penuh gairah membersihkan ceceran cairanku di sekitar kemaluanku. “Oohh.. Mbak Rinii.. ngghh.. mmppffhh..” rintihku sambil menjambak rambutnya dan menekan kepalanya ke dalam selangkanganku. Sementara di belakang sana, Mas Rudy dengan gagahnya menghujamkan senjata terus menerus. Pinggulnya meliuk-liuk dan bergerak maju mundur dengan kecepatan penuh. Mbak Rini sampai kelabakan mengimbangi

keperkasaan pria tua yang jantan itu. Selang beberapa detik kemudian Mbak Rini melenguh panjang. Tubuhnya berkelojotan. Nampaknya ia pun sudah mencapai puncak kenikmatannya sendiri. Tubuhnya langsung lunglai dan terjatuh di sampingku. Aku segera menghujaninya dengan ciuman. Bibirnya kukulum. Buah dadanya kuremas-remas. Lenguhannya bertambah keras bahkan setengah menjerit. Ia balas memeluk tubuhku. Mengerayangi buah

dadaku. Memilin-milin putingku. Aku merasakan gairahku muncul kembali. Kami bergumul dengan panasnya. Aku melirik ke arah Mas Rudy yang terpana menyaksikan aksi kami. Batang kontolnya nampak masih keras, mengacung dengan gagahnya. Aku biarkan dia menonton kami. Perhatianku tersita semuanya oleh cumbuan Mbak Rini. Tubuhku menyambut hangat kecupan panasnya. Aku sudah tidak lagi memperhatikan Mas Rudy. Aku tak pernah menyangka bahwa Mbak Rini memiliki kecenderungan untuk bercinta dengan sesama perempuan pula selain

dengan lelaki. Bi-sex, kata orang. Aku pun sebenarnya tak pernah berpikir akan bercinta dengan sesama perempuan dan tak pernah membayangkan akan kenikmatannya. Ternyata rasanya memang lain dari pada yang lain. Aku tak kalah hangatnya menyambut cumbuan Mbak Rini. Dadaku seakan mau meledak oleh rangsangan hebat yang bergolak dalam tubuhku. Bibir Mbak Rini terus-terusan menghisap puting susuku. Aku menggeliat-geliat saking enaknya. Kenikmatanku semakin betambah saat kurasakan bibir kemaluanku digesek-gesek oleh moncong kepala kontol Mas Rudy yang mulai ikut bergabung dengan kami. Ya ampun! Aku berteriak dalan hati saking keenakan.

Mana pernah kualami kenikmatan luar biasa seperti yang sedang kurasakan saat ini. “Auuww!” aku merintih saat merasakan kontol Mas Rudy menyeruak di antara bibir kemaluanku yang masih rapat. Rasanya membuatku tersedak dijejali kontol sebesar itu. Kubuka kedua kakiku lebar-lebar untuk memberikan jalan padanya. Pinggulku berkutat agar kontol itu masuk seluruhnya. Aku bisa menarik nafas lega melihat Mas Rudy mulai lancar

menggoyang pantatnya. Ruang vaginaku terasa penuh. Gesekan urat-urat batang Mas Rudy sampai terasa ke ulu hati. Ujung kepalanya menyodok-nyodok bagian terdalam vaginaku. Aku sampai kehabisan nafas mengimbangi goyangan Mas Rudy. Ia benar-benar perkasa. Aku takluk padanya. Tubuhku serasa dipanggang oleh kontol panjangnya. Otot-otot vaginaku kukedut-kedut. Mas Rudy mengerang merasakan kenikmatan kedutanku menghisap-hisap kontolnya. Baru tahu rasa sekarang, ujarku dalam hati. Akan kubikin KO dia, ancamku dalam hati dengan gemas. Kuingin ia segera menyemprotkan air maninya dalam vaginaku. Kuingin merasakan kekuatan semprotannya. Kuingin ia tumbang dalam pelukannku. Aku bergoyang sekuat tenaga. Kupelintir batang kontolnya dalam memekku. Kulihat Mas Rudy megap-megap. Aku semakin bersemangat. Pinggulku berputar seperti gasing.

Meliuk-liuk liar. Kurasakan tubuhnya mulai berkelojotan. Aku sudah tak memperhatikan Mbak Rini yang sibuk mencumbui tubuhku. Aku lebih berkonsentrasi untuk membuat Mas Rudy mencapai orgasme secepatnya. Upayaku belum juga memperlihatkan hasil. Mas Rudy nampak masih perkasa menggenjotku. Belum terlihat tanda-tanda ia akan orgasme. Aku semakin frustrasi melihatnya, karena lama kelamaan aku sendiri yang kewalahan. Aku sudah merasakan desiran kuat dalam tubuhku. Aku panik oleh gejolakku sendiri. Kucoba bertahan sekuat mungkin, tetapi batang kontol Mas Rudy masih terus menusuk-nusuk dengan cepatnya. Gesekan kulit batangnya yang keras dan gerinjal urat-uratnya pada kelentitku, membuat pertahananku jebol paad akhirnya. Aku berteriak sekuat tenaga saat aliran deras menyembur dari dalam diriku. Aku menyerah, pasrah dan membiarkan otot-ototku melemas,

melepaskan orgasmeku yang meledak-ledak. “Masukiinn.. semuaannyaa..!” Jeritku seraya menarik pantat Mas Rudy ke dalam selangkanganku sehingga kontolnya melesak masuk seluruhnya. Kurasakan semburan demi semburan memancar dari dalam liangku. Sementara Mbak Rini mengelus-elus wajahku seolah sedang menenangkan diriku yang tengah menghadapi amukan kobaran api birahi. Aku baru bisa mengambil nafas lega beberapa menit kemudian. Tulang-tulangku serasa pada copot. Aku terkulai lemas. Tenagaku terkuras habis dalam pertempuran tadi. Mas Rudy lalu mencabut batangnya dari liangku. Ia nampak masih perkasa, mengacung gagah. Kepalanya mengkilat karena cairan milikku. Mbak Rini menoleh ke arahnya, kemudian kepadaku sepertinya meminta

bantuanku untuk ‘mengeroyok’ lelaki yang telah membuat kami berdua luluh lantak. Aku mengangguk dan segera bangkit menghampiri Mas Rudy. Kutarik tubuh atletisnya yang sudah licin karena keringatnya, supaya berbaring telentang di ranjang. Bibirku langsung menyerbu daerah selangkangannya. Aku sudah tak sabar ingin melumat batang kontolnya. Kuselomoti dengan rakus hingga terdengar suara kecipakan air liurku. Sementara Mbak Rini memulai cumbuannya di bagian dadanya. Menjilati puting susunya yang besar. Menyusur terus ke bawah dan bergabung denganku menggumuli batangnya. “Ouuhh.. sedaapp..” Pekik Mas Rudy melihat dua perempuan cantik saling berebut menciumi kontolnya. Mbak Rini kebagian ujung kepalanya, sementara aku menjilati batang dan buah pelernya. Kami berdua saling berlomba memberikan kenikmatan kepada Mas Rudy. Kami kemudian bergiliran.

Aku bagian atas, Mbak Rini bagian bawah. Seterusnya bergantian sampai beberapa menit lamanya. Ketika kami merasakan Mas Rudy menggelinjang dan mengerang seperti menahan sesuatu, secara berbarengan mulut kami menciumi moncong kontolnya dari samping. Kedua tangan kami mengocok batangnya. “Ouuhh.. saa.. yaa.. ke.. ke.. kelu..” belum sempat ucapannya berakhir, nampak cairan kental dan hangat menyemprot keras dari moncongnya.

Tubuhnya menghentak-hentak seiring dengan semburan air maninya yang tak henti-henti muncrat. Wajah kami belepotan disirami air maninya yang keluar begitu banyak. Mbak Rini menghisap terus dengan rakusnya. Lidahnya menjilat-jilat sampai bersih batang itu dari ceceran air maninya. Sedangkan aku mengocoknya seakan mau memeras kontol itu hingga habis cairannya.

Setelah membersihkan cipratan air mani di wajah, lalu kami menjatuhkan diri di kiri dan kanan tubuh Mas Rudy sambil memeluknya. Kami benar-benar kecapaian. Mata terasa berat karena kantuk. Samar-samar kudengar Mas Rudy berkata, “Kalian memang luar biasa. Saya benar-benar puas bersama kalian..” Kami tak tahu apa lagi yang dibicarakannya karena sudah terbang melayang dalam mimpi indah. Senyum kepuasan tersungging dari bibirku dan Mbak Rini. Pengalaman yang sungguh tiada duanya….
Share:

Minggu, 17 Maret 2019

Cerita Mesum : Pembokatku Begitu Mempesona Membuat Aku Mimpi Basah

Sesampainya di rumah setelah terbang sana terbang sini di beberapa kota masih di Pulau Jawa maupun di Pulau Kalimantan dan Sulawesi selama 7 minggu ini untuk urusan bisnis kayu dan hasil-hasil bumi lainnya.

Pembokatku Begitu Mempesona Membuat Aku Mimpi Basah

Tubuhku mulai dilanda letih dan penat luar biasa. Namun secara psikologis justru sebaliknya, aku mulai dapat merasakan suasana rileks dan tentram. Merasa at home dan ingin selekasnya menemui mantan kekasihku, sang isteri tercinta.
Hal ini cukup membantu keseimbangan diriku sehingga tidak membuatku dilanda senewen. Karena penerbangan yang kuambil adalah sore jam 6 dari Surabaya, maka masih sore pula sekitar jam 7.30 aku sudah mendarat dan lalu setengah jam kemudian dengan menggunakan jasa taksi.

Aku sudah menginjakkan kaki di halaman rumahku di bilangan Slipi. Lalu lintas tidak macet karena ini hari Minggu. Dari luar ruang tamu nampak terang disinari lampu, berarti isteriku ada di rumah. Di rumah kami tinggal 4 orang saja.
Aku yang berusia 38, isteriku 31, pembantu laki-laki 52, dan pembantu wanita 44. Oh ya, setelah 9 tahun menikah kami belum dikarunia anak. Jadi semakin menjadi-jadilah diriku menghabiskan waktu mengurus bisnis karena belum ada urusan lain yang memerlukan perhatianku.

Syukurlah selama ini bisnisku lancar-lancar saja demikian pula perkawinan kami. Ketika hendak kupencet bel kuurungkan siapa tahu pintu tidak dikunci. Tadi gerbang depan dibukakan oleh pembantu wanitaku karena kebetulan dia pas lagi mau keluar untuk membuang sampah.
Setelahnya dia kembali ke kamarnya yang terletak di samping kiri bangunan utama. Pembantu-pembantuku kubuatkan kamar di luar. Ukuran rumahku cukup besar dengan masih ditambah tanah yang lumayan luas yang kubuat menjadi taman.

Dan hampir mengelilingi bangunan rumah kecuali sisi kiri karena kepotong kamar-kamar pembantu dan jalan samping. Dari gerbang depan ke pintu kira-kira mencapai 25 meter. Benar, pintu tidak dikunci dan aku masuk dengan senyap demi membikin isteriku kaget.
Aku suka sekali dengan permainan kaget-kagetan begini. Biasanya isteriku suka terpekik lalu menghambur ke pelukanku dan dibarengi dengan ciuman bertubi-tubi. Itulah santapan rohaniku. Dan itu sering terjadi karena aku sering bepergian dalam waktu lama pula.

Rekorku pernah sampai 3 bulan baru pulang. Pada awal perkawinan kami tidaklah demikian, namun 5 tahun belakangan ini yah begitulah. Dampaknya adalah kehidupan seks kami mulai menurun drastis frekuensinya maupun kualitasnya.
 Kali ini aku menangkap suasana lain. Memang biasanya sebelum pulang aku memberitahukan isteriku bahwa dalam 2 sampai 5 hari bakal pulang. Sengaja kali ini aku tidak memberitahu agar lebih dahsyat pekikan-pekikan kangen isteriku itu. Di ruang tamu TV menyala agak keras.

Lalu aku menuju dapur mengendap-endap siapa tahu isteriku di sana dan sekalian mau mengambil air putih. Tidak ada. Ah mungkin lagi tidur barangkali di kamar pikirku. Kuletakkan tas koperku di atas meja makan lalu aku mengambil sebotol air dingin di kulkas.
Kuletakkan pantatku di atas kursi sambil minum. Kuambil sebatang rokok lalu kunyalakan. Ada sekitar 5 menit kunikmati asap-asap racun itu sebelum akhirnya kuputuskan untuk naik ke lantai 2 di mana kamar tidur kami berada.
 Pelan-pelan kunaiki tangga. Pelan sekali kubuka pintu, namun hanya seukuran setengah kepala. Aku ingin mengintip kegiatan isteriku di kamar spesial kami. Apakah lagi lelap dengan pose yang aduhai.

Ataukah lagi mematut diri di cermin. Ataukah lagi.. Upss!! Berdebar jantungku. Dalam keremangan lampu kamar (kamar lampuku bisa disetel tingkat keterangannya sedemikian rupa) kulihat ada 2 manusia.
 Jelas salah satu sosoknya adalah isteriku, mana mungkin aku pangling. Dia lagi mengangkangi seseorang. Posisi kepalanya nampak seperti di sekitar kemaluan lawannya. Perasaanku mulai dilanda kekacauan. Sulit kudefinisikan. Marah. Kaget. Bingung.

Bahkan penasaran. Apa yang sedang berlangsung di depan mataku ini? Kepala isteriku nampak naik turun dengan teratur dengan ditingkahi suara-suara lenguhan tertahan seorang pria yang menjemput kenikmatan seksual.
Mungkin saking asiknya mereka berolah asmara terkuaknya pintu tidak mereka sadari. Tiba-tiba perasaan aneh menjalari diriku. Darahku berdesir pelan dan makin kencang. Rasa penasaranku sudah mulai dicampuraduki dengan gairah kelelakianku yang membangkit.

Ini lebih dahsyat ketimbang menonton film-film bokep terpanas sekalipun. Kesadaran diriku juga lenyap entah kemana bahwa yang di depan mataku adalah isteriku dengan pria yang pasti bukan diriku. Sekarang aku lebih ingin menyaksikan adegan ini sampai tuntas.
Kontolku mulai mengejang. Posisi mereka mulai berbalik. Isteriku mengambil posisi di bawah sementara lawannya ganti di atasnya. Persis sama seperti tadi hanya saja sekarang kelihatannya memek isteriku yang dijadikan sasaran.

Aku semakin ngaceng. “Ohh.. Sshh…” suara desisan isteriku berulang-ulang. Telaten sekali si pria (aku sudah menangkap sosok lawannya dengan jelas adalah pria) sehingga isteriku mulai bergerak meliuk-liuk dan menengadahkan kepalanya berkali-kali.
 “Uuhh.. Eehhss.. Teruss jilatthh.. Pak Minnh.. Ahh.. Uffh..”. Plong rasa dadaku demi akhirnya menemukan identitas sang pelaku pria. Mr. Karmin pembantu priaku yang tua itu. Wah.. Wah.. Pantesan tadi aku agak mengenali sosoknya.

Belum sempat aku banyak berpikir kesadaranku disedot kembali oleh suara-suara kesetanan isteriku dari hasil kerja persetubuhan itu. “Yyaahh.. Teruss.. Teruss.. Aahh.. Tusukk.. Tuussuukkhin liidaahhmu Pak.. Yaahh beegittu.. Oohh..”.
Semakin binal kepala isteriku tergolek sana sini. Nampaknya dia sudah berada di awang-awang kenikmatan. Aku juga semakin dilanda gairah sehingga tanpa sadar tanganku mulai meremas-remas burungku sendiri. “Ahh…” Ah isteriku akhirnya jebol juga. Aku tahu itu.
Tapi nampaknya Pak Karmin masih meneruskan aktivitasnya. Sebentar kemudian kaki isteriku diangkatnya ke kedua bahunya yang bidang dan kekar itu (meskipun sudah tua tapi tubuh pembantuku masih gagah akibat pekerjaannya yang secara fisik membutuhkan kekuatan).

Dimainkan jari-jarinya di liang memek isteriku. Lenguhan-lenguhan isteriku kembali terdengar. Semakin kencang kocokan jari Pak Karmin pada memek isteriku. Dengan menggelinjang mengangkat-ngangkat paha isteriku kembali dibuat mabuk kepayang.
Akhirnya kulihat batang kemaluan Mr. Karmin sudah diarahkan ke lobang kemaluan isteriku. Busseett gede juga nih punya si tua bangka. Semakin menggelegak gairahku ketika membayangkan bagaimana memek isteriku akan dihujami oleh benda sebesar itu. Bless.
Masuk. Gleg ludahku tertelan. “Oohh.. Eyaahh.. Eenaakk.. Paakk..”. Pelan-pelan dipompanya memek isteriku dengan godam si Mr. Karmin. Mulai menggila kembali goyangan pantat isteriku melayani rangsekan-rangsekan si batang besar itu.

 “Geennjoott.. Yaahh.. Genjoott.. Oohh.. Ennakk Banngeett.. Oohh..” Aku menyaksikkan tubuh isteriku terhentak-hentak naik turun akibat sodokan-sodokan yang bertenaga itu. Tangan Mr. Karmin tak tinggal diam menyenggamai buah dada isteriku yang telah menjulang tegak.
Wuuhh gila, dahsyat sekali pemandangan yang kusaksikan ini. Setelah hampir 10 menit diangkatlah tubuh isteriku dan dibalikkannya menjadi posisi menungging. Gaya anjing rupanya dikenal juga oleh Si Tua ini. Kembali liang memek isteriku dihunjam dari arah belakang.
Konsistensi gerakan kontol yang maju mundur itu beserta lenguhan-lenguhan isteriku semakin mengobarkan hasratku. “Ahh.. Aahh.. Ssooddooghh.. Kuaatt.. Kuat.. Paakkhh, oohh.. Giillaa..” Pompaan Mr. Karmin semakin lama dibuat semakin bertenaga dan semakin cepat.
 “Oo hh.. Yaa.. Beggiittuu.. Teruss.. Paakkhh..” Kupikir bakalan selesai eh ternyata isteriku sekarang disuruh berdiri, Mr. 

Karmin menyetubuhinya sambil berdiri. Tanpa sadar aku menoleh ke lantai bawah ternyata si Pembantu Wanita memergokiku sedang mengintip.
Karena jengah atau bagaimana Mrs. Karmin merona mukanya lalu menyingkir ke belakang dengan tergesa. Pembantuku adalah suami isteri. “Yaahh.. Terruuss.. Mauuhh.. Keelluaarr.. Nihh Paakkh..” “Aku sebentar laggii.. Juuggaa.. Ibbuu..” “Baarrenng.. Yaahh.. Paakkh.. Ohh.. Ohh.. Yaahh.. Uuddaahh” .
Sambil mengejang-ngejang keduanya melepas energi terakhir dan terbesar yang disertai ledakan kenikmatan luar biasa. Mr. Karmin akhirnya jebol juga pertahanannya. Begitu adegan selesai aku dengan perlahan sekali menutup pintunya.
Kuturuni perlahan tangga menuju dapur kembali. Celanaku masih padat mnggembung tak terkira. Aku senewen ingin menuntaskan hasratku. Ketika sampai dapur kulihat Mrs. Karmin sedang duduk termangu. Kami saling menatap dalam keadaan bingung dan resah.

Kudekati dia ketika mulai terisak-isak meneteskan air mata, ingin kutenangkan hatinya. Mungkin kejadian tadi telah berulang kali berlangsung selama aku tidak di rumah. “Sudah sering kejadianya Mbok?” tanyaku. Dia mengangguk.
“Maafkan isteriku yah” Entah kenapa tiba-tiba mata kami bertatapan kembali. Selama ini dia tidak berani menatapku. Kali ini mungkin dia sedang kesepian dan masygul hatinya. “Ayo ke kamarmu Mbok.” Hasratku masih tinggi dan harus dituntaskan.

Kami saat ini sedang masuk dalam situasi kejiwaan yang membutuhkan pertolongan satu sama lain. Plus gairah buatku. Ketika sampai kamarnya yang agak sempit itu, kusuruh dia duduk di ranjang. Kupegang tangannya dan kuelus.
Sosok wanita ini sebenarnya tidak terlalu buruk. Kulit terang meskipun tidak semulus isteriku tapi lumayan bersih. Tinggi sedang dan hebatnya perut tidak terlalu melambung. Tetek cukup besar setelah kusadari saat ini.
Dia selalu memakai kebaya dan kain. Kepalanya ditimpakan di dadaku. Meskipun dia lebih tua dari aku namun dalam kondisi begini dia memerlukan kekuatan dari dada laki-laki. Kubiarkan meskipun dibarengi aroma bumbu dapur. Tapi tidak terlalu menyengat.

Rambutnya otomatis megenai hidungku. Bau minyak rambut Pomade menyergap hidungku. Kucium-kucium dan kuendus-kuendus. Kujalari menuju ke telinga. Diam saja. Ke lehernya. Malah terdengar ketawa kegelian. Mulai kuusap lengannya.
Semakin erat dia mendesakkan tubuhnya ke diriku. Sambil mengusap lengan kanannya naik turun sengaja kurenggangkan jariku sehingga menyentuh tipis teteknya. Terus kuulang sampai akhirnya kepalanya mulai bergoyang. Lalu kuelus langsung teteknya. Gemas aku. Dia mulai mendesah. Kuremas-remas lembut.

Mulai melenguh. Kubaringkan. Menurut saja. Kubuka bagian dada dari kebayanya. Memang besar miliknya. Kuning agak pucat warnanya. Kuhisap-hisap. Menegak-negak kepalanya. “Ehhmm.. Eehhf..” Kusingkap kainnya dan kuelus pahanya. “Ehh.. Ehhshs..”.
Kuselusupkan tanganku jauh menuju pangkal pahanya. Kuusap-usap gundukannya. “Ehhss.. Ehhss.. Oohh…” tergolek kanan kiri kepalanya. Kutindih dia dengan mengangkangkan kakinya. Mulai kuselusuri dari tetek sampai leher kanan kiri dengan lidahku. “Oohh.. Paakk.. Oohh..” Kurenggut bibirnya yang tebal dengan bibirku.

Kumasukkan lidahku menjangkau lidahnya. Pada mulanya pasif. Lalu dia mulai mengerti dan kami saling beradu lidah dan ludah. Berkecipak suara kuluman kami. Kutekan-tekan bagian bawah diriku sehingga tonjolan burungku menggesek wilayah memeknya.
Mengerinjal pantatnya.  “Esshh.. Ehhss.. Oohh…” desahnya berulang-ulang. Kami berdiri untuk melepas baju masing-masing setelah kubisikkan keinginanku. Kuamati dari ujung rambut sampai kaki. Keteknya dibiarkan berbulu, ah sensasional sekali.
Baru kali ini kulihat wanita membiarkan keteknya berbulu. Isteriku licin sekali. Jembut mememknya lebat sekali dan cenderung tidak rapi. Luar biasa. Karena hasratku yang sudah tinggi sejak tadi langsung kugumul.

Dia dan menjatuhkannya di ranjang. Kujilati kembali mulai dari kening, leher, pipi, tetek, ketek (di sini aku berlama-lama karena penasaran sekali dengan rasa bulunya), perut dan memeknya. Kumainkan lidahku memutari labia mayoranya. “Oohh.. Paakk.. Ohh..”.
Dipegangi kepalaku dan ditekan-tekannya sesuai keinginannya. Kumasuki klitorisnya dengan lidahku. Aku tidak jijik kali ini. Hasratku yang menggila telah mengalahkan kebiasaanku selama ini. “Esshh.. Ahhss.. Esshh.. Oohh.. Mmass..”.
Dia memanggilku Mas berarti kesadarannya mulai kaca balau. Kuremas pantatnya sebelum akhirnya kujebloskan kontolku ke memeknya yang telah banjir bandang itu. Kupompa maju mundur tanpa tergesa. Yang penting bertenaga dan merangsek ke dalam.

Menggeliat-geliat kayak cacing kepanasan si Mrs. Karmin ini. Semakin dikangkangkan pahanya. Kupegang ujung telapak kakinya sambil aku terus menyodokinya. “Yaahh.. Teruss.. Yangg dalaam .. Masshh.. Ohh.. Ennaakk banngeetts.. Shh.”
Kubaringkin miring lalu kulipat kaki kanannya ke depan dan kuhujami memeknya dari belakang. Kami bersetubuh dalam posisi berbaring miring (kebayangkan?). Kuubah posisi menjadi dogy-style. Namun dia telungkup sehingga tingkat penetrasinya lebih maksimal. Benturan-benturan dengan pantatnya yang bulat membuatku gemas.

Kugenjot sedalam-dalamnya memeknya yang rimbun itu. “Yaahhss.. Ehhssh.. Oohhs…” begitu terus erangnya sambil membeliak-beliak. Akhirnya setelah 23 menit kami menegang bersama dan mencurahkan cairan masing-masing berleleran di dalam memeknya.
Cairan miliknya sampai tumpah ruang merembes keluar memeknya, punyaku juga demikian saking tidak tertampungya semprotan maniku. Kubiarkan kontolku masih terbenam sambil aku tetap menindihnya.

Aku jilatin lagi leher dan pipinya sampai kontolku sudah lemas tak berdaya. Tanganku masih aktif bergerilya mengusapi buah kembarnya yang masih mengencang. Kujilat-jilat dan kuhisap-hisap. Keringat kami campur aduk membanjiri spreinya yang sudah agak kusam itu.
Sejak saat itu bila aku pulang dari bepergian maka aku mengunjungi Mrs. Karmin terlebih dahulu untuk bersetubuh di kamarnya baru masuk rumah setelah maniku terhambur ke memeknya yang mudah basah itu.

Malah boleh dikata sudah tidak pernah lagi menggauli isteriku sendiri. Suatu kali Mr. Karmin memergokinya ketika mau ambil rokok, namun aku cuek saja kepalang lagi hot, tapi dia mafhum saja.
Toh ibaratnya kami seperti tukar pasangan. Pernah terbersit di kepalaku untuk melakukan sex party berempat. Tapi gagasan itu belum terlaksana, karena aku masih merasa risih kalau rame-rame begitu.
Share:
XoDomino Agen Judi Poker Domino99 dan Ceme Online Indonesia
IniMaster Agen BandarQ Online | Situs Capsa Susun | Domino QQ Poker Terpercaya

DOWNLOAD BOKEP ONLINE

Agen Judi Poker Online Indonesia   Agen Judi Online Terpercaya   Dapat Uang Dengan Sangat Cepat
Copyright © Mawar Hitam - Cerita Mesum Video Bokep 2019 | Mawar Hitam Design by Jesika Yaya | Blogger Theme by INIPOKER